LAFRANPANE: Apa itu din? Sabtu, 21 Juli 2012 Apa itu din? Din berasal dari bahasa Arab dan dalam Al-Qur'an disebutkan sebanyak 92 kali. Menurut arti bahasa (etimologi), din diartikan sebagai balasan dan ketaatan. Liste de mots commençant par KA Voici la liste de tous les mots français commençant par KA groupĂ©s par nombre de lettres ka, kaa, kab, kac, kae, kaf, kai, kaj, kal, kam, kan, kao, kap, kar, kat, kaw. Il y a 947 mots qui commencent par KA. Cliquez sur un mot commençant par KA pour voir sa dĂ©finition. → 3 mots de 2 lettres en ka ka kA Ka → 22 mots de 3 lettres en ka kaa kab kac kae kaf ážłaf kāf kai kaĂŻ kaj kal kam kan kao kap kar kat ÎŒkat kaw kax kay kaz → 51 mots de 4 lettres en ka Kaag kabÉ©yɛ kadi kado kaĂŻd Kail KaĂŻn Kain kaka KakĂĄ Kaka kake kaki kako kaku kale kalĂ© Kale KalĂ© kali Kali Kall Kalt kama KĂąma kĂąma Kama kami Kamp kana kang Kano kaon kaph kapo kari Kari Karl kart kasÉ©m kata kĂąte Kats Kaub kava kavi kawa Kawa kawi Kayl kaza → 112 mots de 5 lettres en ka Kaaba Kaaks Kaart kabak kabar Kabel Kaber kabic kabig kabin kabyĂš kacha kache kadai Kadaƈ Kaden KadĂšs kafal kafil kĂąfir kafir Kafka kagne kagou 
 Plus de mots→ 153 mots de 6 lettres en ka → 113 mots de 7 lettres en ka → 131 mots de 8 lettres en ka → 110 mots de 9 lettres en ka → 88 mots de 10 lettres en ka → 68 mots de 11 lettres en ka → 28 mots de 12 lettres en ka → 16 mots de 13 lettres en ka → 11 mots de 14 lettres en ka → 18 mots de 15 lettres en ka → 7 mots de 16 lettres en ka → 9 mots de 17 lettres en ka → 3 mots de 18 lettres en ka → 2 mots de 19 lettres en ka → 1 mots de 23 lettres en ka → 1 mots de 27 lettres en ka Pas assez de mots ? Inclure toutes les formes flĂ©chies fĂ©minins, pluriels et verbes conjuguĂ©s. Mots Avec est un moteur de recherche de mots correspondant Ă  des contraintes prĂ©sence ou absence de certaines lettres, commencement ou terminaison, nombre de lettres ou lettres Ă  des positions prĂ©cises. Il peut ĂȘtre utile pour tous les jeux de mots crĂ©ation ou solution de mots-croisĂ©s, mots-flĂ©chĂ©s, pendu, Le Mot le Plus Long Des Chiffres et des Lettres, Scrabble, Boggle, Words With Friends etc. ainsi que pour la crĂ©ation littĂ©raire recherche de rimes et d'alitĂ©rations pour la poĂ©sie, et de mots satisfaisants aux contraintes de l'Ouvroir de LittĂ©rature Potentielle OuLiPo telles que les lipogrammes, les pangrammes, les anagrammes, le monovocalisme et le monoconsonnantisme etc. Les mots et leurs dĂ©finitions sont issus du dictionnaire francophone libre Wiktionnaire publiĂ© sous la licence libre Creative Commons attribution partage Ă  l'identique. A noter le Wiktionnaire contient beaucoup plus de mots en particulier des noms propres que les autres dictionnaires francophones comme le dictionnaire Officiel du Scrabble ODS publiĂ© par Larousse environ 400 000 mots et formes flĂ©chies noms et adjectifs au masculin et au fĂ©minin et au singulier et au pluriel, verbes conjuguĂ©s dans l'ODS, et 1,3 million sur Mots Avec.
LafranPane, intelektual dan muslim adalah tiga kata yang jika digali lebih dalam akan menyemburkan makna yang luas. Pertama, Lafran Pane adalah nama seorang manusia biasa. Kata Pane merupakan nama marga suku Batak di Sumatera Utara di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat dikatakan nama ini adalah
Riwayat Hidup dan Perjuangannya Lafran Pane lahir di kampong Pangurabaan Kecamatan Sipiriok, yang terletak di kaki Gunung SIBUALBUALI, 38 kilometer kearah Utara dari Padangsidempuan, Ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan, pada tanggal 12 April 1923. Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padangsidempuan 5 Februari 1922. Untuk menghindari berbagai macam tafsiran, karena bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923. Beliau adalah anak keenam dari keluarga Sutan Pangurabaan Pane dari ibu pertama, yang meninggal 2 tahun setelah si anak bungsu Lafran Pane lahir. Lima orang saudara sekandung lainnya ialah Nyonya Tarip, Sanusi Pane, Armijn Pane, Nyonya Bahari Siregar, Nyonya Ali Hanfiyah. Dan dua orang saudara seayah yaitu Nila Kusuma Pane dan Krisna Murti Pane. Ayahnya Sutan Pangurabaan adalah tokoh Partai Indonesia PARTINDO di daerah Sumatera Utara, di samping sebagai seorang Wartawan dan penulis, juga menjadi Direktur Oto Dinas Pengangkutan ODP “SIBUALBUALI”, yang berpusat di kota Sipiriok, suatu perusahaan otobis Nasional yang tertua di seluruh Sumatera Utara. Sedang nenek dari Lafran Pane adalah adik dari seorang Ulama Besar yang fanatic dengan Islam. Namanya Syekh Badurrahman. Karena tidak merasakan kasih sayang ibu kandung sebagaimana mestinya dan tidak puas dengan asuhan ibu tiri, akhirnya seorang Lafran Pane dihinggapi penyakit rasa rendah diri, lalu mengakibatkan kompensasi berupa kenakalan yang luar biasa dan jalan pikiran yang sulit dimengerti termasuk ayahnya sendiri. Sebelum Lafran menginjak bangku sekolah atau pesantren secara formil, terlebih dahulu jiwa keagamaanya diisi dengan belajar “Sifat dua puluh”, seperti Ujud, Qidam, Baqo,Muholi dan seterusnya, yang diiringi dengan artinya. Di samping itu pula belajar, yang dalam bahasa Tapanuli disebut “ALIF – ALIF”, yakni mempelajari membaca huruf – huruf abjad Al-quran, sebagai satu jenjang untuk dapat membaca Al-quran denga baik dan benar. Kedua macam pendidikan itu diperoleh Lafran dari seorang guru terkemuka di kampung halamannya Panggurabaan, namanya Malim Mahasan. Berkat didikan Malim Mahasan tersebut, Lafran kecil sudah terisi jiwa keagamaannya, dan inilah yang membekali hidupnya secara mendasar dalam masalah bimbingan keagamaan, yang sangat prinsipil dalam kehidupan seorang manusia. Pendidikan di bangku sekolah dimulainya di pesantren Muhammadiyah Sipiriok, Sekolah desa 3 tahun, semuanya tidak tamat. Lalu pindah ke Sibolga, masuk Sekolah HIS Muhammadiyah. Kemudian kembali lagi ke Sipiriok, masuk Ibtidaiyah diteruskan ke Wustha. Dari Wustha pindah ke Taman Antara Taman Siswa Sipiriok. Selanjutnya pindah ke Taman Antara Taman Siswa di tamat dai Taman Siswa sudah dikeluarkan dari sekolah. Lantas meninggalkan rumah tempat tinggalnya, yakni rumah kakak kandungnya Nyonya dr. Tarip, dan menjadi petualang di sepanjang jalanan kota Medan. Tidur tidak menentu, kadang sudah menggeletak di kaki lima, di emper-emper toko, sambil sebagai penjual karcis bioskop, main kartu, menjual es lilin, sebagai penyambung hidup. Begitulah masa muda Lafran yang di habiskan dengan menggelandang di kota Medan. Beberapa saat kemudian Lafran pindah ke Batavia pada tahun 1937, atas permintaan abang kandungnya Armijn Pane dan Sanusi Pane, di Batavia memulai sekolah di kelas 7 HIS Muhammadiyah, menyambung ke MULO Muhammadiyah, ke AMS Muhammadiyah, kemudian ke Taman Dewasa Raya Jakarta. Di semua sekolah itu, gurunya mengakui bahwa Lafran Pane adalah murid cerdas, walaupun nakal yang luar biasa, yang menyebabkan Lafran memasuki organisasi “BENDE” yang bernama “ZWERTE BENDE”, seperti “GANG” pada masa itu. Karena tingkah lakunya lafran sering berkenalan dengan meja hijau, dan dituntut membayar denda, tetapi selalu dibela oleh “BENDE”-nya walaupun berat. Ketika sekolah di Taman Dewasa Raya Jakarta, Lafran Pane bertemu dengan Dipa Nusantara Aidit, dan di zaman Belanda bersama – sama memasuki Barisan Pemuda GERINDO, yang pada akhirnya antara Lafran dan Aidit memiliki keyakinan berlawanan kontras, dan Aidit pernah memimpin aksi untuk membubarkan HMI yang notabane adalah organisasi yang didirikan oleh Lafran Pane. Pada tahun 1942, lantaran Jepang masuk Indonesia pada tanggal 9 Maret 1942, lalu pulang ke Padangsidempuan sebagai “pokrol” tetapi lantas kena fitnah, dituduh memberontak Jepang, lalu dituntut hukuman mati, tetapi tidak jadi karena pengaruh ayahnya di Padangsidempuan yang begitu besar. Namun dengan fitnah itu membuat Lafran harus meninggalkan Sumatera dan kembali ke Jakarta pada tahun 1943. sejak keberangkatannya kembali ke Jakarta, Lafran Pane mengalami proses kejiwaan yang radikal. Insan kamilnya mulai tergugah, lalu mencari apa sebenarnya hakekat hidup ini. Lafran merindukan sifat – sifat mulia dan menanyakan apa sesungguhnya azas segala sesuatu. Ia menyadari betapa pentingnya kembali ke dasar keyakinan. Sejak itu ia sering merenung, tafakur. Sekembali ke Jawa, Lafran bekerja di kantor Statistik Jakarta. Karena kecakapannya berbahasa Jepang, ia diminta supaya bekerja pada suatu perusahaan besar “APOTHEK BAVOSTA”, dan menjadi pemimpin umum Apothek tersebut tahun 1945. setelah tentara sekutu memasuki Jakarta, yang memnyebabkan berkobarnya api pertempuran. Tanggal 4 Januari 1946, Presiden, Wakil Presiden pindah ke Yogyakarta, lantas menjadi Ibukota Republik Indonesia. Sekolah Tinggi Islam STI, yang berdiri tanggal 27 Rajab 1364 H/8 Juli 1945 di Jakarta, tanggal 10 April 1946 ikut pula hijrah ke Ibukota Yogyakarta, dan sejak tanggal 20 Mei 1948, berganti nama menjadi Univeraitas Islam Indonesia UII. Kepindahan STI ke Yogyakarta membuat mahasiswanya pindah ke Yogyakarta untuk meneruskan kuliah, dan mahasiswa baru pun masuk, dimana salah seorang mahasiswa baru bernama Lafran Pane, yang usianya berumur 23 tahun. Selain kuliah merangkap Departemen Sosial. Perubahan jiwa Lafran Pane setelah masuk STI lantas mendapat kuliah Agama Islam dari Prof. Abdul Kahar Mudzakkir, Bapak Husein Yahya, Rasyidi dan ketekunannya membaca buku – buku Agama Islam, membuat ia bertambah yakin dan mempunyai pendirian yang semakin teguh, bahwa Islam sebagai satu – satunya pedoman hidup yang sempurna. Semasa di STI, lafran menjadi ketua III Senat Mahsiswa STI di samping Janamar Azam dan Amin Syakhri. Di PMY Lafran juga ikut sebagai Pengurus mewakili Mahasiswa STI. Jadi, tidak mengherankan apabila Lafran Pane banyak bergaul denga mahasiswa dan memiliki banyak teman. Sebelum tamat di STI, Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik AIP, pada bulan April 1948. setelah Universitas Gadjah Mada dinegerikan tangal 19 Desember 1949, dan AIP dimasukkan dalam Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial Politik HESP. Dalam sejarah UGM, Lafran termasuk dalam mahasiswa yang pertama kali lulus mencapai titel Sarjana Drs, yaitu tanggal 26 januari 1953. Dengan sendirinya Drs. Lafran Pane menjadi Sarjana Politik pertama di Indonesia. Karier Lafran Pane di bidang pendidikan ialah Menjadi Direktur Kursus B I & B II Negeri Yogyakarta, yang diselengarakan oleh Kementrian PP & K dan akhirnya menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan FKIP UGM. Pelopor berdirinya IKIP Yogyakarta. Pernah menjadi Dekan Fakultas Keguruan Pengetahuan Sosial IKIP Yogyakarta. Pernah menjadi Dosen Fakultas Sospol UGM, Akademi Tabligh Muhammadiyah ATM dan Dosen UII. Pernah menjadi Dosen IAIN, hingga terjadinya peristiwa 10 Oktober 1963. Sepuluh tahun kemudian, atas permintaan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mulai tahun 1973, Lafran Pane kembali memberi kuliah sebagai Guru Besar dalam Ilmu Tata Negara Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia, sejak tanggal 1 Desember 1966, Lafran Pane diangkat menjadi Guru Besar Ilmu Tata Negara. Dalam Organisasi, selain tokoh pendiri HMI, dikal Ikatan Sarjana Muslimin Indonesia ISMI didirikan oleh rekan seperjuangannya Ir. Sanusi tanggal 11 Februari 1963 di Jakarta, Lafran menjadi anggota dan mensponsori pembentukan cabang di Yogyakarta, hingga ISMI dilebur ke dalam Persatuan Sarjana Muslim Indonesia PERSAMI tajun 1964 yang independen. Lafran Pane juga terjun ke dalam KASI Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia, dan menjadi 5 besar pimpinan KASI. Hasil Karya ilmiah Lafran Pane ialah Wewenang MPR. Kedudukan Dekrit Presiden. Kedudukan Presiden. Kekuasaan Luar Biasa Presiden. Kedudukan Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP. Tujuan Negara. Kembali ke UUD 45. Memurnikan Pelaksanaan UUD 45. Perubahaan Konstitusional. Pemrakarsa Proklamasi 17 Agustus 1945. Pada zaman Jepang bersama pemuda yang lain, Lafran Pane termasuk dalam golongan pemuda yang dibina oleh Kaigun Angkatan Laut Jepang. Saat Jepang menyerah kepada sekutu tanggal 14 Agustus 1945, pemuda dan mahasiswa Indonesia termasuk di dalamnya Lafran Pane mengikrarkan “ Tidak mau menerima Kemerdekaan Indonesia dari Jepang seperti apa yang deipersiapkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI”. Ikrar itu dicetuskan di gedung Menteng Raya 31 Jakarta. Tiga hari kemudian, 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di Pengangsaan Timur 56 Jakarta, ke seluruh dunia, oleh Soekarno – Hatta, sesuai dengan ikrar para pemuda/mahasiswa di atas. Kepala Pusat Sejarah ABRI Departemen Pertahanan /Keamanan Brigjen Nugroho Notosusanto dalam memberikan keterangan kepada Harian KOMPAS Jakarta, yang dimuat tanggal 16 Agustus 1975 No. 42/XI halaman IV, mengatakan, kelompok yang memegang peranan penting dalam proklamasi 17 Agustus 1945, ada 4 kelompok, yaitu Pertama, kelompok sekitar Soekarno-Hatta dan PPKI, yang secara sosiologis umumnya terdiri dari “golongan tua” dan sudah punya riwayat perjuangan sejak zaman Belanda. Kedua, kelompok Mahasiswa/Pelajar. Ketiga, kelompok Pengusir Tentara Asing PETA. Meskipun tidak semua anggota PETA masuk dalam kelompok ini. Pemuda Singgih yang menculik Bung Karno, Bung Hatta, adalah seorang Shodanco PETA dari Batalyon Jakarta. Keempat, kelompok campur aduk yang bermarkas di Menteng Raya 31. menurut Nugroho Notosusanto, Menteng Raya baru menonjol setelah terbentuknya “komite van Aksi” sesudah Proklamasi. Tujuan Komite ini untuk menghimpun unsue kaum muda. Pimpinannya terdiri dari Sukarni, N. Nitimiharjo, Adam Malik, Wikana, Chaerul Saleh, Pandu Wiguna, Kusnaeni, Darwis, Johar Nur, Armunanto dan Hanafi. Jika dihubungkan apa yang diperbuat oleh Lafran Pane di saat – saat Proklamasi 17 Agustus 1945 beserta teman – temannya yang lain, dengan keterangan Brigjen Nugroho Notosusanto di atas, maka Lafran Pane termasuk dalam kelompok kempat, sebagai kelompok yang memegang peranan penting dalam Proklamasi 17 Agustus 1945. Mendirikan HMI. Dengan landasan taqwa yang mendasar, dikala Lafran Pane melihat kenyataan kehidupan kemahasiswaan di Yogyakarta, yang sedang menyedihkan bagi perkembangan Agama Islam kelak, maka bersama kawan – kawannya sekuliah dan seide, pada tanggal 5 Februaru 1947 mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam HMI. Bagi Lafran Pane mendirikan HMI, bukan karena hobby yang bisa diurus dan dikembangkan dengan kerja “sambil lalu”. HMI sebagai suatu alat perjuangan ummat Islam, harus dibina dan dikembangkan dengan penuh kesungguhan, teratur dan terencana. Maka, karena HMI dimasa mula berdirinya memerlukan pembinaan yang terus menerus, agar kehidupannya tetap bisa kokoh, untuk memperjuangkan cita-cita luhur. Dalam suka duka HMI, Lafran Pane tetap mengikuti perkembangan HMI. Kalau ada kongres atau acara – acara HMI lainnya, diundan atau tidak diundang, kalau sehat dan ada kesempatan Lafran Pane biasanya hadir, agak awal dari lainnya. Semasa HMI mendapatkan tekanan dan ganyangan dari PKI/CGMI cs ditahun 1964-1965, Lafran Pane termasuk orang yang menderita. Rumah beliau dicoret – coret oleh CGMI, dengan kata – kata hasutan dan fitnah. Lafran Pane termasuk orang yang berusaha untuk disingkirkan PKI, karena beliau pendiri HMI. Sifat yang paling menonjol Lafran Pane adalah mempunyai pendirian yang teguh dalam mencapai dan memperjuangkan cita – cita. Jika Lafran telah memutuskan sesuatu karena Allah semata, tidak boleh tidak dia akan berusaha mencapainya. Keteguhan hati dapat dilihat Lafran Pane saat mendirikan HMI, walaupun banyak mendapat rintangan dari berbagai pihak, dan diancam bahwa HMI tidak akan berumur panjang. Sifat keteguhan pendirian itu sudah menjiwai dalam hidup dan kehidupan Lafran Pane sehari – hari. Pada 25 Januari 1991, beliau meninggal dunia. Yudi Latif dalam bukunya Intelegensia Muslim dan Kuasa Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-20, hal 502 menyebutkan Lafran Pane sebagai generasi ketiga inteligensia muslim Indonesia setelah generasi pertama Tjokroaminoto, Agus Salim,dll, generasi kedua M. Natsir, M. Roem dan Kasman Singodimedjo pada 1950-an, generasi keempat Nurcholish Majid, Imadudin Abdurrahim dan Djohan Efendi pada 1970-an.
\n\n \nkata kata lafran pane
Pane kata Mahfud, memiliki peran penting dengan mendirikan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). "Pak Lafran mendirikan organisasi bernama Himpunan Mahasiswa Islam, dengan menggabungkan
Lafran Pane Pahlawan Nasional Dok. IDN Times Lafran muda mengalami pergolakan pemikiranDikenal sebagai bocah badungHingga akhirnya dia memprakarsai HMIOrganisasi kader yang banyak melahirkan tokohBanyak yang baik, tak sedikit pula yang nakal...***Hari ini 5 Februari 2022 HMI memasuki usia Ke-76 tahun. Perjalanan hijau hitam tak bisa dilepaskan dari sosoknya. Ya, Lafran Pane. 'Berdosalah' kader Himpunan Mahasiswa Islam HMI yang tidak mengenal sosoknya. Pendiri organisasi dengan warna khas hijau hitam dengan intelektualitas yang mumpuni. Namun tidak ujug-ujug Lafran bisa sukses seperti saat mendirikan HMI. Lafran muda harus bergejolak dengan pemikirannya. Jalan hidupnya tak seperti anak muda masa kini. Yang mungkin saja menghabiskan waktu untuk disia-siakan .Lewat perjuangan panjang, Lafran akhirnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 6 November 2017. Bersama TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Nusa Tenggara Barat NTB, Laksamana Malahayati dari Provinsi Aceh, Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau, dan Lafran Pane dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Penganugerahan itu digelar di Istana Presiden lima hari lahir di Padangsidimpuan 5 Februari 1922. Tanggal ini bertepatan juga saat dia mendirikan HMI dua tahun setelah Indonesia merdeka. Lafran adalah anak kandung dari seorang penulis, sekaligus tokoh Muhammadiyah Sutan Pangaruban Pane. Ibunya bernama Gonto boru Siregar. A Fuadi dalam buku Merdeka Sejak Hati, 2019.Yuk Simak kisah perjalanan Lafran Pane mendirikan HMI hingga dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Baca Juga Mengenal SMA Unggul Del, SMA Terbaik di Sumut Binaan Luhut Panjaitan 1. Lafran kecil sudah dikenal nakal sekaligus cerdasLafran Pane Pahlawan Nasional Dok. IDN TimesLafran tidak begitu mengenal sosok ibunya. Di umurnya yang masih dua tahun, sang ibu wafat. Lafran merupakan bungsu enam bersaudara. Beberapa kakaknya juga menjadi sastrawan kondang. Mereka adalah Sanusi Pane dan Armijn Pane. Karya-karyanya cukup dikenal di publik. Bahkan sampai saat ini masih dari Lafran dikenal sudah nakal sejak kecil. Lantaran tidak ada dampingan ibu sejak dia kecil. Meskipun beberapa kesaksian menyebut jika Lafran kecil adalah seorang penurut dan juga dibesarkan di keluarga yang taat agama. Nilai ini juga yang terus dipegangnya, meskipun pikirannya terus Lafran muda kerap pindah sekolahLafran Pane Pahlawan Nasional Dok. IDN TimesDalam berbagai artikel selalu diceritakan jika perjalanan pendidikannya tidak pernah mulus. Dia kerap pindah sekolah. Lafran sempat mengenyam pendidikan di pesantren Muhammadiyah Sipirok. Kemudian dia melanjutkan sekolah formal di desa selama tiga tahun. Lagi-lagi dia tak meluluskan pun hijrah ke Sibolga. Di sana dia berhasil tamat dari HIS Muhammadiyah. Lalu dia kembali ke Sipirok. Di sana dia melanjutkan sekolah ibtidaiyah yang bersambung ke wustha atau tingkat menengah. Namun dia kembali pindah ke Taman Siswa Sipirok. Kemudian pindah lagi ke Taman Antara dan Taman Dewasa di nasib mujur tidak berpihak kepadanya. Dia dikeluarkan dari sekolah sebelum lulus. Dari titik ini membuat Lafran menjadi seorang Kebadungan Lafran dimulai dari Medan dan berlanjut ke JakartaLafran Pane Pahlawan Nasional Dok. IDN TimesPutus sekolah membuat Lafran semakin bergejolak. Dia meninggalkan rumah kakaknya Nyonya dr Tarib di Medan dan memilih hidup di jalanan. Emperan toko kawasan Kesawan pernah menjadi tempatnya Lafran disebut kerap main kartu untuk menghidupi dirinya. Lafran juga dikabarkan pernah berlatih nasib adiknya, pada 1937 Lafran diminta Sanusu dan Armijn pindah ke Batavia Jakarta. Dia pun kembali melanjutkan sekolahnya di HIS Muhammadiyah. Lagi-lagi dia harus pindah beberapa kali hingga ke Taman Dewasa Raya Lafran sebagai seorang remaja berlanjut di Jakarta. Dia disebut pernah bergabung dengan geng pemuda. Kenakalannya membuat Lafran sering dibui. Bahkan pada satu kasus, gurunya di Muhammadiyah Mr Wilopo sempat membayarkan denda atas saat itu juga Lafran dikenal sering memberontak. Terlibat demonstrasi hingga berujung keributan. Baca Juga Sejarah Lahirnya HMI Kegelisahan Pemuda Islam hingga Gejolak Politik 4. Titik balik spiritual Lafran PaneLafran Pane Pahlawan Nasional Dok. IDN TimesLafran kembali ke Padangsidimpuan pada 1942. Perjalanan spiritulinya dimulai. Namun di sana, Lafran malah dituduh memberontak terhadap Jepang. Dia kembali ke Jakarta Satria Wibawa 2010 dalam bukunya Lafran Pane Jejak Dan Pemikirannya menyebutkan jika pengembaraan keduanya ke Jakarta, sebagai fase lahirnya kesadaran Lafran akan insan kamil. Saat itu Lafran berusia 21 tahun. Dia tengah mengalami pergejolakan pencarian hakikat hidup. Dia mulai mengalami dahaga akan situ, dia mulai menyadari ingin kembali ke masa kecilnya. Selalu akrab dengan nuansa agama yang kental. Lafran pun mulai merenung. Berbekal pengalaman nyantri dia mulai kembali. Dia sempat bekerja di salah satu kantor statistik di Jakarta. Hingga akhirnya dia melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Islam STI Yogyakarta. Di sana dia bertemu dengan Abdul Kahar Muzakkir, Hussein Yahya, dan H. M Rasyidi yang menjadi dosennya. Dia mulai bergumul dengan Kondisi negara saat itu membuatnya terpikir membentuk HMIPresiden Jokowi menghadiri syukuran Lafran Pane sebagai Pahlawan Nasional Dok. IDN TimesPerjalanan spiritual Lafran menuntunnya semakin kritis. Membaca realitas sosial yang terjadi di sekitarnya saat itu. Dia mengkritisi sistem yang berlaku di perguruan tinggi yang menganut pendidikan barat. Saat itu juga banyak organisasi mahasiswa dan pemuda di bawah pengaruh komunis. Dia juga prihatin dengan kondisi umat akhirnya dia membentuk Himpunan Mahasiswa Islam HMI, 5 Februari 1947. Rapat pembentukan itu juga diikuti, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal cucu pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan, Suwali, Yusdi Ghozali; tokoh utama pendiri Pelajar Islam Indonesia PII, Mansyur, Siti Zainah istri Dahlan Husein, Muhammad Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Bidron sangat banyak berperan dalam pergolakan politik di Indonesia. Begitu banyak tokoh yang merupakan alumni HMI mengisi lini-lini pemerintahan. Mulai dari wakil presiden , jajaran menteri kabinet, DPR, MPR, DPD hingga para aktifis yang sampai saat ini masih eksis. Sebut saja nama sejumlah tokoh seperti Akbar Tandjung, Jusuf kalla, Nurcholis Madjid, Mahfud MD, Hamzah Haz, Anies Baswedan, Abraham Samad, Jimly Ashiddiqie, Alm Husni Kamil Manik, Yusril Ihza Mahendra dan masih banyak lainnya. Semuanya lahir dari rahim Kesederhanaan Lafran yang kian dilupakan kader HMIDrs. Lafran Pane dalam kehidupannya selalu mengajarkan kesederhanaan. Dalam HMI pun demikian. Hidupnya hanya diabdikan untuk menjadi pengajar. Bahkan kesederhanaan Lafran sampai melegenda. Lafran boleh miskin harta. Namun dia tidak miskin akan semangat Lafran hampir tidak diikuti oleh kader HMI saat ini. Bahkan membuat orang-orang mulai apatis dengan HMI.“Kalau kita lihat, orientasi kesederhanaan, hampir bisa dikatakan tidak kelihatan di kader HMI. Yang ada justru berlomba-lomba mencapai kekuasaan. Dan pola berpikirnya pun lebih sempit. Lebih kepada kekuatan kelompok,” ujar Dadang Darmawan, Ketua Umum Badan Koordinasi HMI Sumut di era Dadang, apa yang dicontohkan Lafran hampir tidak ada bekasnya. Justru, sejumlah alumni malah mencoreng nama rumah besar HMI.“Kalaupun Lafran meninggalkan jejak keteladanan, membentuk kesederhanaan, nasionalisme, itu sudah hilang saat ini,” Tahun 2017 akhirnya Lafran Pane ditetapkan sebagai Pahlawan NasionalDokumentasi/Kahmi UIN MalangLewat perjuangan panjang, Lafran akhirnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 6 November 2017 oleh Presiden Joko 'Jokowi' Widodo. Bersama TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Nusa Tenggara Barat NTB, Laksamana Malahayati dari Provinsi Aceh, Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau, dan Lafran Pane dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Penganugerahan itu digelar di Istana Presiden lima hari berikutnya. Baca Juga Jangan Lupakan Sejarah! Ini 12 Sosok Pahlawan Nasional dari Sumut
KATA-KATA HIKMAH" MAKAM PUTRI FIRAUN DITEMUKAN DI SELATAN KAIRO, MESIR Makam yang merupakan tempat peristirahatan terakhir putri Firaun, yang diperkirakan berusia 4.500 tahun di bagian selatan Kairo ï»żDetik-Detik Kelahiran HMI Dan Kata-Kata Lafran Pane Setelah mengalami berbagai hambatan yang cukup berat selama kurang lebih 3 bulan, detik-detik kelahiran organisasi mahasiswa islam akhirnya datang juga. Saat itu adalah hari-hari biasa mahasiswa-mahasiswa Sekolah Tinggi Islam STI datang sebagaimana biasanya untuk mengikuti kuliah-kuliah, tanpa diduga dan memang sudah takdir Tuhan, mahasiswa-mahasiswa yang selama ini menentang keras kelahiran HMI tidak hadir mengikuti perkuliahan. Saat itu jam kuliah tafsir, dosennya Hussein Yahya, Lafran Pane meminta izin kepada beliau. Mengetahui Lafran Pane selaku ketua III Senat Mahasiswa STI, Hussein Yahya mengizinkan meskipun ia belum tahu pasti tujuan pertemuan itu, namun ia tertarik menyaksikan peristiwa itu. Akhirnya, dengan segala persiapan, saat itu hari Rabu pon 1878, 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947 M, jam 1600 Wib bertempat di salah satu ruangan kuliah STI, jalan Setyodiningratan, masuklah mahasiswa Lafran Pane, langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat. Mengawali prakatanya, Lafran Pane mengatakan "Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi islam, karena semua persiapan dan perlengkapan sudah beres. Siapa yang mau menerima berdirinya organisasi mahasiswa islam ini, itu sajalah yang diajak, dan yang tidak setuju biarkanlah mereka terus menentang". Selanjutnya, Lafran Pane mempersilakan bapak Hussein Yahya untuk memberikan sambutannya, namun beliau berkeberatan, karena kurang tahu apa yang harus disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat itu, disamping itu beliau juga berpendapat biarlah mahasiswa yang menyelesaikan urusan mereka. Lafran Pane kemudian selaku pimpinan rapat antara lain mengatakan 1. Rapat hari ini adalah rapat pembentukan organisasi mahasiswa islam, dimana anggaran dasarnya sudah dipersiapkan. 2. Pada hari ini, bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya mendirikan organisasi mahasiswa islam. 3. Diantara saudara-saudara boleh ada yang tidak setuju, boleh juga ada yang setuju, namun demikian walaupun masih ada yang tidak setuju, pada hari ini juga organisasi mahasiswa islam ini sudah harus berdiri, karena persiapannya sudah matang. Pertemuan itu kemudian diselingi pertanyaan serta penjelasan hal-hal yang berkaitan dengan organisasi mahasiswa islam tersebut. Secara umum, pertemuan itu berjalan lancar, semua mahasiswa yang hadir menyatakan persetujuannya. Selanjutnya mengenai nama organisasi, peserta sepakat dengan usulan Lafran Pane, dimana organisasi itu bernama "Himpunan Mahasiswa Islam" disingkat HMI. YakinUsahaSampai Sumber Lafran Pane Jejak Hayat dan Pemikirannya. Karya Hariqo Wibawa Satria REPUBLIKACO.ID, SLEMAN -- Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Lafran Pane, baru saja ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo. Sosok pendiam yang memiliki andil dalam Proklamasi itu pun meninggalkan kesan tersendiri di mata sahabat.'Dia teladan yang tidak mau menonjolkan diri,' kata salah satu tokoh nasional, Buya Syafii Maarif, saat ditemui di Refleksi Kepahlawanan Lafran Pane adalah salah satu tokoh pendiri Himpunan Mahasiswa Islam HMI pada tanggal 5 Februari 1947, yang mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah tahun 2017. Beliau dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Silsilah Keluarga Lafran Pane lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922. Menurut berbagai tulisan sebelumnya, disebutkan bahwa Lafran Pane lahir pada 12 April 1923 di Kampung Pangurabaan, Kecamatan Sipirok, sebuah kecamatan yang terletak di kaki Gunung Sibualbuali, 38 kilo meter ke arah utara dari "kota salak" Padang Sidempuan, ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Wafat pada tanggal 24 Januari 1991, orang akhirnya tahu, setelah kematiannya, Lafran ternyata lahir 5 Februari 1922, bukan 12 April 1922 seperti yang kerap ia gunakan dalam catatan resmi. Lafran Pane adalah anak keenam keluarga Sutan Pangurabaan Pane dari istrinya yang pertama, Lafran adalah bungsu dari enam bersaudara, yaitu Nyonya Tarib, Sanusi Pane, Armijn Pane, Nyonya Bahari Siregar, Nyonya Hanifiah, Lafran Pane, dan selain saudara kandung, ia juga memiliki dua orang saudara tiri dari perkawinan kedua ayahnya, yakni Nila Kusuma Pane dan Krisna Murti Pane. Ayah Lafran Pane adalah seorang guru sekaligus seniman Batak Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal. Keluarga Lafran Pane merupakan keluarga sastrawan dan seniman yang kebanyakan menulis novel, seperti kedua kakak kandungnya yaitu Sanusi Pane dan Armijn Pane yang juga merupakan sastrawan dan seniman. Sutan Pangurabaan Pane termasuk salah seorang pendiri Muhammadiyah di Sipirok pada 1921. Sedangkan Kakek Lafran Pane adalah seorang ulama Syekh Badurrahman Pane, maka pendidikan keagamaannya didapat sebelum memasuki bangku sekolah. Riwayat pendidikan Pendidikan sekolah Lafran Pane dimulai dari Pesantren Muhammadiyah Sipirok kini dilanjutkan oleh Pesantren Ahmad Dahlan di Kampung Setia dekat Desa Parsorminan Sipirok. Dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah Lafran Pane ini mengalami perpindahan sekolah yang sering kali dilakukan, hingga pada akhirnya Lafran Pane meneruskan sekolah di kelas 7 Tujuhdi HIS Muhammadiyah, menyambung hingga ke Taman Dewasa Raya Jakarta sampai pecah Perang Dunia II, pada saat itu ibu kota pindah ke Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Islam STI yang semula di Jakarta juga ikut pindah ke Yogyakarta. Wawasan dan intelektual Lafran berkembang saat proses perkuliahan yang membawa pengaruh pada diri Lafran Pane yang ditandai dengan semakin banyaknya buku-buku Islam yang ia baca. Sebelum tamat dari STI, Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik AIP pada April 1948 Universitas Gajah Mada UGM yang kemudian di Negerikan pada tahun 1949. Tercatat dlam sejarah Universitas Gajah Mada UGM, Lafran Pane termasuk salah satu mahasiswa yang pertama kali lulus mencapai gelar sarjana,yaitu tanggal 26 Januari 1953. Dengan sendirinya, Drs. Lafran Pane menjadi salah satu sarjana ilmu politik pertama di Indonesia, selanjutnya Lafran Pane lebih tertarik di lapangan pendidikan dan keluar dari Kementerian Luar Negeri dan masuk kembali ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Riwayat Pekerjaan Direktur Kursus B I dan B II Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan & Kebudayaan, dan Kemudian menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Gajah Mada UGM. kemudian, Fakultas Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Gajah Mada UGM dengan Institut Pendidikan Guru IPG dilebur menjadi Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan IKIP Yogyakarta, kini Universitas Negeri Yogyakarta UNY. Dosen Fakultas Ilmu Sosial FKIS IKIP Yogyakarta. Dosen Fakultas Sosial dan politik Universitas Gajah Mada UGM, dosen Universitas Islam Indonesia UII, dosen Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dosen Akademi Tabligh Muhammadiyah ATM, Kemudian menjadi FIAD Muhammadiyah, kini Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta UMY. Pernah menjadi dosen IAIN Sunan Kalijaga Yogykarta sekarang Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta UIN, hingga terjadi peristiwa 10 Oktober 1963. Sepuluh tahun kemudian, atas permintaan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mulai tahun 1973 Prof. Drs. Lafran Pane mulai kembali mengajar di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai Guru Besar Ilmu Tata Negara. Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia, sejak tanggal 1 Desember 1966, Lafran Pane dianggat menjadi guru besar profesor dalam mata kuliah Ilmu Tata Negara. Pendirian Himpunan Mahasiswa Islam HMI Lafran dikenal sebagai salah satu pendiri HMI pada 5 Februari 1947 yang ditetapkan lewat Kongres XI HMI di Bogor pada 1974. Perihal perannya dalam HMI, Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsanya berdirinya HMI dan disebut sebagai pendiri HMI. Selain dirinya, ada beberapa nama lain yang disebut sebagai pendiri HMI, antara lain Kartono Zarkasy Ambarawa, Dahlan Husein Palembang, Siti Zainah Palembang, Maisaroh Hilal cucu pendiri Muhammadiyah Dahlan, Singapura, Soewali Jember, Yusdi Gozali Semarang, juga pendiri PII, M. Anwar Malang, Hasan Basri Surakarta, Marwan Bengkulu, Tayeb Razak Jakarta, Toha Mashudi Malang, Bidron Hadi Kauman-Yogyakarta, Sulkarnaen Bengkulu, dan Mansyur. Lafran Pane sendiri menolak untuk dikatakan sebagai satu-satunya pendiri HMI. Karya-karya Lafran Pane Data-data tentang Lafran Pane tidak banyak berubah sejak 1947. Karya tulisnya pun terbatas. berikut ini merupakan judul karya-karya Lafran Pane dengan bentuk artikel bebasnya Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia Wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR Kedudukan Dekret Presiden Kedudukan Presiden Kedudukan Luar Biasa Presiden Kedudukan Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP Tujuan Negara Kembali ke Undang-undang Dasar 1945 Memurnikan Pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 Memurnikan Pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 Perubahan Konstitusional Menggugat Eksistensi HMI Penghargaan Presiden Joko Widodo secara resmi menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional untuk Lafran Pane. Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional tersebut melalui Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Selain Lafran Pane, 3 tokoh lainnya mendapat anugerah yang sama sebagai Pahlawan Nasinal. Ketiga tokoh tersebut adalah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Nusa Tenggara Barat NTB, Laksamana Malahayati dari Provinsi Aceh, dan Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau. Sumber Mahfudmengatakan, Lafran Pane layak untuk ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Jejak perjuangannya telah diuji kesahihannya di 27 kampus di Indonesia. Atas dasar itu, kata Mahfud, Lafran Pane yang mendirikan HMI pada 5 Februari 1947 di Yogjakarta, pantas ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Presiden Jokowi menyambut positif usulan tersebut.

kataLafran kala itu. Lafran Pane mendirikan HMI bersama 14 orang mahasiswa STI lainnya, tanpa campur tangan pihak luar. Baca Juga: Sosok dan Jejak Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Ulama Kharismatik NTB, Pendiri Nahdlatul Wathan. Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan di antaranya antara lain:

Dalamkesempatan lain, pada pidato pengukuhan Lafran Pane sebagai Guru Besar dalam mata pelajaran Ilmu Tata Negara pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Yogyakarta ( sekarang UNY ), pada hari kamis tanggal 16 Juli 1970, Lafran menyebutkan bahwa Pancasila merupakan hal yang tidak bisa berubah. p9iyM.
  • ie00dh257p.pages.dev/15
  • ie00dh257p.pages.dev/405
  • ie00dh257p.pages.dev/278
  • ie00dh257p.pages.dev/93
  • ie00dh257p.pages.dev/498
  • ie00dh257p.pages.dev/118
  • ie00dh257p.pages.dev/284
  • ie00dh257p.pages.dev/63
  • kata kata lafran pane